ITS News

Minggu, 28 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Kisah Cinta Supeno dan Handayani

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sebelumnya Prof Sutantra dan Prof Raka, juga dikukuhkan dalam satu acara. Tapi pengukuhan kali ini terbilang langka dan unik, bukan hanya bagi ITS mungkin bagi perguruan tinggi lain. Kenapa? Karena yang dikukuhkan adalah pasangan suami-isteri, yang menjalin kisah cintanya sejak di bangku kuliah hingga ke jenjang guru besar. Pasangan guru besar ini adalah Prof Ir Supeno Djanali MSc, PhD dengan Prof Ir Handayani Tjandrasa MSc, PhD. Perjalanan kisah cintanya mirip dengan perjalanan Romeo dan Juliet.

Supeno mengakui, sebenarnya isterinyalah yang jauh lebih dahulu bisa
dikukuhkan sebagai seorang guru besar, karena isterinya lebih aktif
didalam melakukan berbagai macam penelitian, sedang dirinya sejak
kepulangannya ke tanah air, seusai menyelesaikan program doctor dari
University of Wisconsin, Madison, AS, sudah harus duduk di birokrasi
perguruan tinggi.

"Tahun 1985 saya sudah diminta untuk menjadi ketua program Teknik Komputer dan kepala UPT Komputer ITS, kemudian menjadi Pembantu Dekan I, Pembantu Rektor I, dan kini menjadi Direktur Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan Dirjen Dikti. Jadi kalau soal koleksi penelitian, jauh lebih banyak isteri saya," katanya.

Tapi, kata ayah tiga anak ini melanjutkan, isterinya meminta agar ia bisa mencapai jenjang guru besar bersama-sama, maka jadilah sang isteri bersedia menunggu. "Ketika masuk di ITS baik sebagai mahasiswa maupun dosen Bapak kan yang lebih dulu, makanya saya pun kini menunggunya," kata Handayani.

Dengan berkelakar Supeno pun kemudian menimpali apa yang dikatakan
isterinya. "Karena itu saya sering bilang kepada teman-teman, saat ini saya adalah orang yang paling memegang teguh dan mengikuti ajaran Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, karena sayalah orang yang paling setia mengikuti Handayani ke mana pun dia pergi," kata laki-laki kelahiran Surabaya, 19 Juni 1948 ini sambil menyebutkan motto Depdiknas, Tut WuriHandayani.

Dengan sedikit bernostalgia, Supeno pun kemudian melanjutkan cerita perjalanan kisah cintanya panjang lebar dengan Handayani. Awalnya, katanya, ia merasa penasaran dengan nama adik kelasnya yang setiap kali pengumuman hasil ujian muncul nama Handayani. "Dulu dan juga sekarang, kelulusan di ITS terkenal sulit. Tiap kali saya mengamati hasil ujian, nama andayani selalu terpampang, demikian juga dengan nama saya yang menjadi kakak tingkatnya. Dari situ muncul rasa penasaran saya dan ingin tahu seperti apa sih orangnya. Akhirnya tak berapa lama saya pun mengetahuinya, dan ternyata isteri saya juga punya perasaan sama tiap kali melihat nama saya muncul dalam pengumuman hasil ujian," katanya.

Dari situlah cinta mereka terjalin. "Saya ingat benar waktu itu saya masih duduk di tingkat tiga dan isteri duduk di tingkat dua. Mulailah saat itu saya kemana-mana berdua. Tapi bukan tanpa tujuan yang jelas loh. Kursus Bahasa Inggris berdua, mengajar les-lesan juga berdua," kata Supeno mengenang masa-masa mudanya.

Tapi diakui Supeno, perjalanan cintanya bukan tanpa aral rintangan. Ini karena pasangan ini berasal dari dua suku dan agama yang berbeda. "Tapi saya tetap jalan terus, karena saya punya kepandaian, dan kepandaian itulah yang saya jadikan motivasi. Padahal waktu itu yang mendekati dia banyak yang menggunakan sepeda motor, sedang saya kalau apel pakai sepeda onthel butut," katanya.

Handayani pun menimpali apa yang disampaikan suaminya. "Waktu itu kita sudah terbiasa mandiri sejak awal, sehingga suara-suara yang menentang hubungannya pun tidak ditanggapi serius. Kami pikir waktu itu jika ada sesuatu yang akan terjadi, sudah mampu untuk ditanggung berdua," katanya.

Dan benar, kata perempuan kelahiran Surabaya, 23 Agustus 1949 ini menambahkan, setelah Bapak lulus saya langsung dinikahinya. "Setahun kemudian saya baru menyusul diwisuda, itu pun dalam keadaan mengandung enam bulan," kata Handayani mengingat-ingat.

Ternyata kebersamaan semasa kuliah di ITS itu tak hanya berakhir sampai di pelaminan saja, tapi terus berlanjut hingga menempuh pendidikanlanjutan program master dan doktor. "Awalnya saya tidak tertarik mengikuti studi lanjut. Tapi karena isteri saya yang ngotot dan bersemangat untuk ikut, maka saya mengajukan syarat waktu itu, saya siap berangkat asal di tempatkan di universitas yang sama dan diizinkan membawa anak pertama saya. Akhirnya karena tidak ada orang lain waktu itu saya diizinkan," kata Supeno.

Pada studi lanjutan itulah Sepeno dan Handayani kembali bersama-sama,sehingga lulus program master dan doktornya pun selalu berbarengan, dan kini pengukuhan guru besar pun dilakukan berbarengan.

Lalu apa yang akan disampaikan kedua pasangan ini. Supeno menyampaikan pidato ilmiah tentang Perkembangan Teknologi Jaringan Komputer dan Tantangan ke Depan, sedang Handayani memilih orasi ilmiah berjudul Informatika Medika: Citra Medis dalam Sistem Informasi Terintegrasi.(Humas – ITS, 23 Februari 2004)

Berita Terkait