ITS News

Jumat, 29 Maret 2024
15 Maret 2005, 12:03

Ketika Demam Piala Dunia Melanda Metropolis

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Kamis, 06/06/2002
Tak terkecuali di metropolis. Di kampus, instansi pemerintah, bahkan di gedung DPRD, hobi nonton bola menjadi sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi. Bagaimana suasananya?
———————————
Kemarin siang, di kampus ITS sedang digelar UAS (ujian akhir semester). Sekelompok mahasiswa tampak sedang bergerombol di dekat kantin. Dari jauh, mereka terlihat begitu serius terlibat dalam suatu perbincangan. Karena suasana di kampus itu sedang ujian, dari jauh, para mahasiswa itu terlihat seperti sedang mendiskusikan seputar materi kuliah yang akan diujiankan. Apalagi beberapa di antara mereka ada yang membawa buku diktat.

Namun, begitu didekati, mereka ternyata rasan-rasan seputar Piala Dunia. Saat itu, mereka sedang memperdebatkan peluang Jerman dalam menghadapi Irlandia yang akan disiarkan malamnya (tadi malam).

"Irlandia tak bisa disamakan Saudi lho," kata salah satu dari mahasiswa yang bergerombol itu. Selain ngrasani tim Jerman, mereka juga memperbincangkan kemenangan Korsel atas Polandia.

Itulah cuplikan suasana di kampus ITS yang sedang punya gawe UAS. Repotnya, tidak semua jadwal ujian berlangsung pagi. Ada sebagian berlangsung siang, dan dimulai pukul 13.00. "Wah, kalau sudah begitu, susah konsentrasi, Mas. Maunya cepat selesai, biar bisa segera nonton," kata Hari, mahasiswa semester 6 Teknik Kelautan ITS.

Apalagi, dosen pengawas ujian, kata Hari, juga membicarakan tim-tim yang bertanding ketika sedang melaksanakan tugasnya. "Mereka kelihatannya asyik sekali. Kita kan jadi ikut-ikutan panas," ujar mahasiswa yang juga aktif di penerbitan kampus ini.

Pemandangan yang hampir sama juga terjadi di Unair. Banyak mahasiswa yang terlihat lebih asyik menyoal bola, ketimbang diskusi tentang mata kuliah mereka.

"Kebetulan, di sini belum musim UAS. Kita bisa lebih leluasa nonton," aku Wahyu Santiko, mahasiswa jurusan Komunikasi FISIP Unair.

Lantaran belum UAS itu, kata Wahyu, banyak temannya yang memilih mbolos ketika jadwal kuliahnya siang hari. "Kuliah siang itu mulai pukul 13.00 sampai sekitar pukul 15.00 lebih," terang Wahyu yang dalam Piala Dunia kali ini menjagokan Italia. "Kalau pas tim favorit yang main kan sayang. Lebih baik tidak berangkat kuliah sekalian," paparnya.

"Tapi, kalau sekarang belum terlalu seru. Soalnya masih putaran pertama. Masih terlalu banyak kejutan yang mungkin terjadi. Nanti lho kalau sudah putaran kedua, pasti lebih seru. Teman saya pasti lebih banyak yang bolos kuliah," ujarnya, seraya tertawa.

Tak hanya itu, Wahyu mengaku, dia dan teman-temannya telah menyiapkan taruhan kecil-kecilan untuk meramaikan ajang piala dunia yang empat tahunan itu. "Paling-paling taruhan untuk beli rokok atau kopi. Biar lebih semangat," tuturnya.

Sikap tak mau kalah dari mahasiswa ditunjukkan salah satu dosen Unair, Drs Aribowo MA. Dosen FISIP Unair itu dikenal sebagai penggemar fanatik sepak bola. Di Piala Dunia kali ini, dia bertekad tidak melewatkan satu pun siaran langsung pertandingan yang digelar. Bagaimana kalau berbenturan dengan jadwal kuliah? "Kalau perlu, ya ditunda. Pokoknya, wajib nonton piala dunia," tukasnya bersemangat. Tak peduli putaran pertama atau putaran kedua, Aribowo mengaku harus menonton semuanya.

Itu pula yang terjadi Selasa lalu. Sesuai jadual, Aribowo seharusnya menyampaikan mata kuliah Kekuatan Politik kepada mahasiswanya sekitar pukul 13.00. Namun, lantaran sore itu ada pertandingan antara China dan Kosta Rika, jadwal kuliah itu serta merta ditundanya. "Iya, saya menundanya hari ini (kemarin)," akunya seraya tertawa.

Nuansa demam bola juga melanda kantor DPRD Jatim. Entah disengaja atau tidak, sejak kemarin, semua anggota dewan memasuki masa reses (istirahat) selama 10 hari. Praktis, mereka bisa menonton bola sepuas-puasnya di rumahnya.

"Tidak ada hubungannya antara pengajuan masa reses dengan jadual piala dunia. Tapi, tidak ada salahnya kalau dimanfaatkan untuk nonton even empat tahunan itu," ujar Haruna Sumitro, anggota komisi B DPRD Jatim.

Masa reses anggota dewan ini tentu saja menggembirakan para staf DPRD Jatim. Sebab, mereka bisa memanfaatkan masa semi nganggur itu untuk nonton piala dunia. Apalagi, di setiap ruangan fraksi selalu tersedia televisi berwarna, ukuran 17 inchi.

Lain halnya yang dilakukan Farid AlFauzi. Anggota Komisi C ini mengaku tidak suka menonton piala dunia sendirian. Karena itu, dia selalu menonton di kantor dewan tersebut. Bahkan, dia sampai merogoh koceknya untuk membeli sebuah televisi yang akan ditempatkan di ruangan partainya, Partai Kebangkitan Umat.

"Nonton piala dunia sendirian itu kurang sreg. Nggak ada ruginya kalau mengorbankan masa reses untuk nonton bersama staf atau wartawan yang biasa cari berita di sini," selorohnya.

Hal serupa juga tampak di DPRD Surabaya dan Pemkot Surabaya. Ketika waktu telah menunjukkan pukul 13.00, sebagian besar anggota dewan mrotoli. Satu demi satu mereka beranjak meninggalkan gedung dewan, untuk menyaksikan siaran langsung pertandingan sepak bola piala dunia, yang dimulai pukul 13.30.

Sedikit lebih baik adalah yang terjadi di pemkot. Karena terikat jam kerja, hingga pukul 15.00, mereka menyaksikan bola bersama-sama di ruang kerja masing-masing. Hampir di setiap bagian atau dinas yang ada televisinya, pasti dikerubung pegawai. Baru setelah babak pertama usai, sekitar pukul 14.30, beberapa pegawai ada yang mulai bolos. Mereka tampaknya ingin melanjutkan menonton bola di rumah. Karena itu, sekitar pukul 14.30, suasana di pemkot sudah sepi. "Tapi saya nggak ikut-ikut pulang lho. Saya di kantor terus sampai jamnya habis," kata Kasubdin Humas Hary Tjahyono.(ani/fat/nw)

Berita Terkait