ITS News

Kamis, 25 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Kediri, Malang terancam banjir

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Peta yang tampak, berasal dari Citra satelit Land Satelit –yaitu satelit untuk sumber daya lahan dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2000- yang diperlihatkan kepada ITS Online, menampakkan adanya perubahan penggunaan lahan permukiman atau kawasan terbangun dan hutan.

Perubahan penggunaan lahan pemukiman terbesar yang tampak adalah kawasan Gerbangkertasusila yang terpusat pada Surabaya dan Sidoarjo (yang merupakan alur dari sungai Brantas). Dari kuantitasnya/ukurannya tampak bahwa di Sidoarjo, lahan yang telah terpakai pada awalnya adalah 1/3 bagian dari wilayahnya. Sedangkan sekarang perbandingannya adalah 60:40 yaitu 60% terpakai dan 40% lahan yang bebas. Sedangkan untuk kawasan Surabaya, yang seharusnya 60:40 yaitu 60% terbangun dan 40% bebas, saat ini telah mencapai 70:30 yaitu 70% terbangun dan 30% bebas.
Untuk itu Sidoarjo perlu mempunyai suatu usaha pengendalian RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kota) yang ditaati, disebabkan kaerena Sidoarjo merupakan tempat terdekat sebagai pemukiman dari penduduk Surabaya selain Gresik.

Perubahan dari penggunaan kawasan hutan antara lain ditampakkan di mana hampir keseluruhan kawasan hutan di Jawa Timur telah mengalami perubahan fungsi. Hal itu pulalah yang menyebabkan adanya banjir bandang di Situbondo. Saat ini Kediri sudah mulai banjir, tidak menutup kemungkinan Malang juga akan banjir.

Daerah hijau yang tampak pada peta merupakan hutan yang hilang, totalnya di daerah Banywangi adalah sekitar 200 ribu hektar atau sekitar 6x luas Surabaya. Sedangkan daerah Bondowoso adalah sekitar 180 ribu hektar. Oleh karenanya tidak heran bila Situbondo yang letaknya di level rendah banjir karena resapan di daerah atasnya tidak ada.

Bahkan prediksi Pak Teguh yang murah senyum ini, tidak menutup kemungkinan daerah sekitar Bromo dan Semeru yang berlevel lebih rendah, juga akan terkena banjir bandang. Seperti daerah Kediri dan Malang, sebagaimana banjir bandang di Situbondo.

Solusinya adalah kawasan perkotaan diharapkan untuk menahan laju permukiman dan segera melakukan reboisasi. Sedangkan untuk kawasan hutan supaya segera melakukan rereboisasi supaya masyarakat yang berada di daerah level rendah tidak merasakan akibatnya. Untuk ini masyarakat yang mempunyai andil juga menggunduli hutan diharapkan untuk bekerjasama dengan Perhutani/Departemen Kehutanan menjaga hutangnya. (li)

Berita Terkait