Dalam kontes bertajuk International Bantry Boats Festival itu, tim ITS bakal mengirimkan 15 mahasiswa gabungan dari jurusan Teknik Perkapalan, Sistem Perkapalan, Teknik Kelautan, dan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Menurut seorang anggota tim, Anjar Ciptandini, perahu yang dilombakan ada dua jenis. Selain Yole De Bantry, anak-anak muda ITS itu juga membawa perahu tradisional dari Makasar bernama Fandeq Boat.
Anjar menjelaskan, Fandeq Boat adalah perahu tradisional buatan para pengrajin kapal di daerah Majene, Sulawesi Selatan. "Ciri khas dari Fandeq Boat, layarnya lebih tinggi jika dibanding perahu seukurannya," terang Anjar. Mahasiswa teknik perkapalan ini lantas menyebutkan sebagian profil dari fandeq boat. "Panjangnya sekitar 8 meter, lebar 60 centimeter, dan tinggi tiang layar 12 meter," terangnya.
Selain itu, di samping kanan dan kiri dilengkapi dengan cadik yang berfungsi sebagai penyeimbang perahu. Kapasitas perahu, lanjut pemuda 23 tahun ini, mampu menampung 13 awak. "13 awak itu terdiri dari 10 orang awak pendayung, satu orang bow watch, seorang cox wain (kapten), dan seorang lagi betindak sebagai senior cox wain.
Mengapa memilih Fandeq Boat? Sebab, "Perahu ini terkenal sebagai salah satu perahu tercepat di dunia," terangnya. Berdasar perhitungan, kecepatan fandeq boat diperkirakan mampu mencapai 20 knot. "Itu karena bentuknya yang ramping," terang Anjar.
Di tempat terpisah, ketua tim ITS Maaritime Challenge Mangoloy M Siallagan menyatakan, kriteria penilaian dalam kontes yang digelar mulai 10 hingga 14 April itu meliputi banyak hal. "Selain model perahu, panitia juga akan menjajal kemampuan seamanship kami," ujar Oloi, panggilan Mangoloy kepada Jawa Pos. Seamanship ini meliputi kemampuan navigasi, dayung, berlayar, slalom, dan tali temali.
Sayangnya, hingga kini tim ITS Maritim Challenge mengaku mendapatkan kendala keuangan. "Biaya pembuatan Fandeq Boat ini mencapai sekitar Rp 15 Juta. Jujur saja, kami tidak punya dana sebesar itu," ujar Oloi. (oni)
Kampus ITS, ITS News – Mengabaikan makan pagi atau sarapan sering menjadi persoalan yang dihadapi banyak orang karena kesibukannya, termasuk
Kampus ITS, ITS News – kembali menambah daftar lulusannya yang bergelar doktor. Menariknya, kali ini merupakan pasangan suami istri
Kampus ITS, ITS News – selalu mendukung mahasiswanya untuk mengeskalasikan kemampuan dan keilmuannya. Melalui program Internship+ yang bekerja sama
Pasuruan, ITS News — Kolaborasi pengembangan teknologi antara Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan dunia industri dan pemerintah terus