ITS News

Kamis, 28 Maret 2024
15 Maret 2005, 12:03

Jatim Bakal Sumbang 20 Persen Produksi Gas Secara Nasional

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Demikian diungkapkan Kepala BPMIGAS (Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi) Dr Ir Rachmad Sudibjo, Sabtu (27/11) siang seusai penandatanganan Kesepakatan Kerjasama (MoU) antara BPMIGAS dengan ITS, di Kampus ITS Surabaya. "Jatim merupakan hot spot dari cadangan gas terbesar. Ini ada di kawasan perairan Madura. Jika segera teralisasi, maka pertumbuhan ekonomi Jatim akan lebih baik, karena disamping gas-gas tersebut akan diekspor juga akan dikonsumsi masyarakat atau kalangan industri, yang hingga kini masih kekurangan," katanya.

Diakuinya, sejak tahun 1996-1997, produksi Migas kita memang cenderung menurun, dan BPMIGAS terus berupaya untuk mempertahankan penurunan itu dan berupaya untuk meningkatkan dengan cara membuka dan menawarkan lokasi-lokasi baru untuk dieksplorasi dan dieksploitasi. "Dari 13 lokasi baru gas alam yang ditawarkan kepada investor, Jatim memiliki tiga daerah potensial. Itu sebabnya kerja sama dengan ITS amat perlu dilakukan dalam kerangka pengembangan teknologi minyak dan gas bumi," katanya.

Rachmad Sudibjo mengungkapkan, kini jumlah produksi migas Indonesia hanya mencapai satu juta barel per hari, dan ini cenderung menurun, disebabkan karena beberapa daerah dan lokasi eksploitasi sudah berumur sangat tua, sehingga sebagai sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui, maka lokasi-lokasi yang sudah tua itu tidak lagi bisa memproduksi secara maksimal dan cenderung habis. "Kini BPMIGAS menangani 140 perusahaan minyak sedang beroperasi, 100 diantaranya masih dalam eksplorasi sedang sisanya 40 lokasi sudah produksi. Jumlah ini akan terus ditingkatkan, mengingat 25 persen APBN kita masih tergantung dari sector Migas," katanya.

Diungkapkannya, ke depan, Indonesia akan terus berupaya memperbesar produksi gas alam sebagai alternatif pengganti minyak yang jumlahnya cenderung berkurang. Hanya saja persoalannya, kini negara-negara penghasil gas alam makin bertambah dan modern penggunaan teknologinya, karena itu meski kandungan gas alam kita cukup berlimpah, perlu dipikirkan tentang efisiensi pemanfaatannya, sehingga mampu bersaing dengan negara-negara penghasil gas alam lainnya. "Sekali lagi inilah yang diharapkan bisa dilakukan oleh ITS di dalam membantu membangun anjungan yang efisien, bagaimana mengeksplorasi mengeksploitasi gas alam di laut dalam dengan anjungan lepas pantai, serta bagaimana pula mendesain sistem transfortasi yang efisien, sehingga kita benar-benar dapat bersaing," katanya. (Humas/bch)

Berita Terkait