ITS News

Selasa, 23 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Jadi pengusaha anggrek, siapa takut??

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Bertempat di Gedung S Lt.2, tanggal 15 Juni 2001, dengan berbagai peralatan sederhana di laboratorium Botani, kunjungan pengusaha anggrek tersebut berupaya mensosialisasikan anggrek.

"Sebenarnya mudah kok membuat perbanyakan anggrek," jawab Novi (27), kepada salah seorang mahasiswa yang mempertanyakan kesulitannya dalam memperbanyak angrek. Dihadapan 19 mahasiswa yang mengambil mata kuliah kultur jaringan, pengusaha Anggrek dari Malang ini juga mendemostrasikan keahliannya. Novi lalu memperlihatkan cara membuat perbanyakan anggrek dari plasma. "Pertama kali yang harus dipersiapkan adalah ruang steril," jelas Novi. Ruang steril ini berupa filling Cabinet, berbentuk kotak terbuat dari kaca. "Pengambilan plasma Anggrek, baik dari akar, batang dan daun serta penanamannya di medium dalam botol juga harus di ruang steril," ujarnya lebih lanjut.

Disamping demonstrasi, Novi juga menjelaskan segala hal yang berhubungan dengan anggrek. "Pengetahuan tentang habitat, cara tumbuh, dan syarat tumbuh anggrek secara umum harus diketahui secara mendalam," jawabnya kepada ITS-Online yang diundang oleh jurusan Biologi. "Tidak lupa yang paling penting adalah kelembaban dan intensitas cahaya," tambah Novi.

Anggrek adalah seni,"Orchid is an art", begitu pengusaha Anggrek ini menamakan anggreknya. Bagi pengusaha pemeliharaan dan penyilangan anggrek diperlukan teknik khusus, disamping itu harus mengetahui kesukaan anggrek akan cahaya, kelembaban, makanan, kadar air, dsb. "Layaknya suami istri, gitu," ujarnya sambil tersenyum.

Ditanya bagaimana dengan perkembangan Anggrek di Indonesia, yang dikenal sebagai negara penghasil anggrek terbesar di dunia, disamping Thailand dan Taiwan ?." Memang benar Indonesia sebagai penghasil anggrek terbesar, tetapi kalah dengan anggrek Taiwan dan Thailand. Harganya lebih mahal dan lebih dihargai daripada anggrek Indonesia," tandas Novi. Kategori Anggrek mahal di Indonesia, misalnya anggrek kantung semar yang ada di gunung semeru dan Jawa Barat. "Walaupun Indonesia sebagai produsen anggrek terbesar tetapi tidak menjadi tuan rumah di negeri sendiri," kata Novi.

Keadaan ini diperparah lagi dengan pengusaha yang juga lebih laku menjual hasil anggreknya dengan made in Thailand dan Taiwan yang memang lebih bernilai jual daripada made in Indonesia. Lebih jauh lagi semakin banyak penyelundupan anggrek ke luar negeri, seperti yang dilangsir Novi pada saat pameran anggrek di Kebun Raya Purwodadi (27/5) terdapat 100 anggrek bulan Indonesia yang diselundupkan pengusaha Taiwan dari Indonesia dengan harga perbiji Rp.100.000,00. "Sedangkan diluar negri berharga ratusan dolar," tandasnya.

Bagaimana Indonesia dan akademika mencegahnya??!!.Waktu akan menjawab.
(tin-che'/li)

Berita Terkait