ITS News

Kamis, 28 Maret 2024
15 Maret 2005, 12:03

ITS Selenggarakan Quick and Count Survey

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Melalui cara itu, hasil perhitungan sementara sudah bisa terlihat terhadap kecenderungannya siapa yang akan memenangkan pemilu presiden tersebut, selang hanya dua jam dari waktu penutupan pemberian suara pukul 13.00 di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Sedikitnya ITS menerjunkan 100 surveyor yang terdiri atas para mahasiswa ITS di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur untuk mendata 1.000 TPS dengan 3-6 kecamatan per kabupaten/kota.

"Kami membebani sedikitnya para mahasiswa itu untuk memasukkan perolehan hasil perhitungan suara di sepuluh TPS. Hasilnya selang dua jam dari batas akhir pemberian suara di TPS kami sudah bisa memprediksi siapa yang akan menang dalam Pilpres kali ini," kata Dra Agnes Tuti Rumiati M.Sc, Rabu (22/9) siang, dalam jumpa pers dengan wartawan di Kampus ITS Sukolilo. Dikatakannya, apa yang dilakukannya merupakan bentuk kepedulian ITS terhadap suksesnya pelaksanaan Pilpres II, agar masyarakat tahu lebih dulu terhadap hasil pengitungan suara sementara. "Kami memiliki soft ware untuk pelaksanaan perhitungan dan survey cepat itu sedang PusDeHAM melakukan analisis terhadap hasil yang kami peroleh dari para surveyor," katanya.

Dikatakannya, ke-100 surveyor mahasiswa ITS itu merupakan para mahasiswa yang memang pulang kampung untuk mengikuti kegiatan pencoblosan di daerahnya masing-masing, dan kami menitipkannya untuk melaporkan hasil perolehan suara di TPS dimana mereka berada dan di sekitarnya. "Tentu saja mereka tidak hanya melaporkan hasil perhitungan suara, tapi juga dititipkan untuk mensurvey terhadap pola prilaku pemilih, karena itu kami juga menitipkan sekitar 16 pertanyaan kepada para mahasiswa. Inilah mungkin yang membedakan antara hasil quick count lembaga surveyor lain yang hanya menitikberatkan pada hasil perhitungan dengan hasil ITS-PusDeHAM," katanya.

HAL MENARIK
Perbedaan hasil quick count itulah yang Rabu siang dirilis kepada para wartawan. Ada beberapa temuan menarik yang diungkap Agnes diantaranya tentang kemana suara pegawai negeri dan pensiunan dijatuhkan dari dua pasangan capres? Hasilnya menunjukkan, 14,1% menjatuhkan pilihan kepada pasangan Mega-Hasyim, sementara yang memilih capres SBY-Jusuf Kalla sebanyak 18,9%.

Lalu apa yang menginspirasikan para pemilih didalam menentukan pasangan capres yang dicoblosnya? Semua responden baik yang memilih Mega maupun SBY mengatakan kalau yang dipilihnya merupakan bagian dari menjalankan apa yang ada dalam hati nuraninya, 80,2 % untuk Mega-Hasyim dan 88,6% untuk pasangan SBY-Jusuf Kalla, dan ternyata yang mereka yang memilih atas pertimbangan sikap partai hanya 8,0% untuk yang memilih Mega-Hasyim dan 4,6% untuk SBY-Jusuf Kalla. Lebih para h lagi ternyata mereka yang memilih karena terinspirasi dari iklan yang ditayangkan sangat kecil, hanya 1,4% baik mereka yang memilih Mega-Hasyim maupun SBY-Jusuf Kalla.

Apa maknanya angka-angka itu? "Kami melihat masyarakat pemilih kita makin cerdas. Alasannya mereka lebih mempertimbangkan atau menomorsatukan persoalan hati nurani ketimbang unsur lain saat menentukan pilihan," kata Agnes. Ini, katanya menambahkan, sejalan dengan angka yang diperoleh ketika para responden ditanya tentang pertimbangan memilih terhadap pasangan capres-cawapres. "Sebagian besar responden mempertimbangkan pada aspek bersih dan jujur dengan 34,2% responden yang memilih Mega-Hasyim dan 40,9% untuk responden yang memilih SBY-Jusuf Kalla," katanya. Hasil ini memiliki makna, kata Agnes mengatakan, masyarakat pemilih menginginkan pemimpin yang bersih dan jujur siapa pun orangnya.

Ditanya tentang kesiapan tim ITS untuk melakukan hal serupa misalnya pada pelaksanaan pemilihan walikota/bupati atau gubernur, Agnes mengatakan, pihaknya siap membantu untuk itu. "Mungkin kalau untuk kasus pemilihan walikota/bupati atau gubernur metode quick count-nya tidak dalam bentuk sampling, tapi menyeluruh secara riil. Jika kami diberi kepercayaan itu siap untuk membantu," katanya. (Humas/bch)

Berita Terkait