ITS News

Jumat, 29 Maret 2024
15 Maret 2005, 12:03

Harta Hilang, beruntung keluarga selamat

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Matanya terlihat sayu menerawang. Kecemasan tergambar jelas diwajahnya. Bencana tsunami yang melanda Nangroe Aceh Darussalam telah meluluhlantakkan kampung halamannya. Sesekali ia menghela napas memikirkan nasib keluarganya.

"Tanggal 26 Desember jam delapan pagi, saya lihat berita di TV. Saya terkejut dan langsung menghubungi rumah dengan hand phone. Awalnya masuk, lalu saya pergi ke wartel, namun sinyal sudah tidak ada," kisah Edwin Santoso, mahasiswa Teknik Mesin ITS asal T Bin Pineung 36 Kodya Banda Aceh ini membuka cerita. Ia pun panik dan berusaha mencari informasi tentang keberadaan keluarganya. Mahasiswa semester tiga ini mengaku cemas karena letak rumahnya hanya berjarak delapan kilometer dari Masjid Baitur Rahman. "Saya melihat di koran, bangunan sekitar masjid hancur semua," ujarnya dengan sendu.

Usaha untuk mencari keberadaan sanak keluarga pun dilakukan. Edwin bahkan sempat meminta bantuan ke Kodim dan Dinas Kesehatan. "Di Kodim menggunakan telepon satelit, tapi tetap tidak bisa dihubungi," ujar warga Aceh kelahiran 16 Februari 1984 ini. Namun beruntung, Selasa (29/12) kemarin ia mendapat kabar baik dari pamannya yang berada di Medan. "Oom Mista’, saudara jauh bapak, mengabarkan bahwa seluruh keluarga selamat. Semua mengungsi ke Blang Bintang dekat airport," ucapnya penuh syukur saat tahu bahwa bapak, ibu dan ketiga saudaranya dalam keadaan sehat wal’afiat.

Lewat telepon, Oom Mista’ kemudian bercerita pada Ediwn bagaimana keluarganya dapat selamat dari bencana yang diiringi gempa 8,9 skala richter itu. "Ketika air mulai menggulung pagi itu, lantai satu rumah banjir. Untung semua keluarga segera naik ke lantai dua sehingga semua selamat," ungkapnya.

Rencananya, menurut Edwin, seluruh keluarga akan segera pindah ke tempat pamannya itu di Medan. Namun hal itu tak dapat segera dilakukan karena keluarga bibinya belum ditemukan. "Mak Wo (panggilan bibi di Aceh, Red) tinggal di perumahan Kaju yang memang dekat pantai. Semua masih mencari keluarga Mak Wo," terang Edwin.

Keinginan untuk segera pulang dan membantu keluarga sempat terbersit di benaknya. Namun niat itu diurungkan mengingat kondisi keuangannya yang semakin menipis. "Oom Mista’ bilang lebih baik saya disini dan berhemat," ujar Edwin. Apalagi disebutkannya bahwa ujian akhir semester sudah didepan mata, ia harus berkonsentrasi untuk belajar.

ITS BEBASKAN SPP
Beruntung bagi Edwin yang mendapati sanak keluarganya di Aceh selamat dari bencana gelombang tsunami Minggu (26/12) kemarin. Seluruh keluarganya kini dalam pengungsian di Blang Bintang. Walau begitu, gelombang yang memporak-porandakan rumahnya itu praktis melumpuhkan ekonomi keluarga. "Rumah hancur, barang-barang di lantai satu hanyut semua," paparnya sedih.

Sebagai mahasiswa yang bergantung pada kiriman bulanan orang tua, ia pun mencemaskan biaya hidupnya di perantauan ini. "Saya tidak mungkin meminta dari mereka, untung masih ada tante di Surabaya yang membantu," ujar penghuni kos di Pondok Candra ini. Sejumlah uang yang masih disimpannya di tabungan akan dipakai terlebih dahulu, terutama untuk membayar spp semester depan pada bulan Januari.

Sementara Rektor ITS, Prof Dr Ir Moh. Nuh, DEA saat ditemui di kantornya Kamis (29/12) kemarin menyebutkan akan membebaskan tanggungan SPP 43 mahasiswa asal Aceh tersebut. "Kita sudah memutuskan untuk membebaskan SPP semester mereka mendatang, baik yang S1, S2 maupun S3. Tidak peduli apakah keluarga mereka di Aceh terkena musibah ataupun tidak. Ini bentuk solidaritas ITS," tegas Nuh. Sedangkan untuk mahasiswa asal Sumatera Utara yang juga mengalami musibah, Nuh mengatakan akan mempertimbangkan kondisi mereka terlebih dahulu.(ftr/sep)

Berita Terkait