ITS News

Jumat, 29 Maret 2024
15 Maret 2005, 12:03

Guru Besar Tidak Boleh Gampang Marah

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Hari Rabu ( 25/2 ) kemarin Rektor ITS kembali mengukuhkan dua orang guru besar, yang sekaligus pasangan suami istri dari Fakultas Teknologi Informasi. Diadakan di Graha 10 Nopember, acara pengukuhan guru besar itu tidak hanya dihadiri oleh anggota senat ITS, dosen dan mahasiswa, namun dihadiri pula oleh para pejabat Ditjen Dikti serta pejabat sipil dan militer.

Pengukuhan sebagai guru besar pasangan Prof.Ir. Supeno Djanali, MSc.,PhD. dan Prof.Ir. Handayani Tjandrasa, MSc.,PhD. adalah yang ketiga kalinya setelah pasangan Prof.Ir. H. Mas Santosa, MSc.,Ph.D. dengan Prof.Ir. Hj. Happy Ratna S,MSc.,Ph.D. dan pasangan Prof. Ir. Indrasurya B M, MSc.,PhD. dengan Prof.Ir. Noor Endah, MSc.,PhD. "Pengukuhan kali ini menambah jumlah guru besar di lingkungan ITS menjadi 34 orang. Tapi, tentunya tidak hanya kuantitas saja yang kita tonjolkan. Kualitas guru besar tetap menjadi tujuan utama," kata Rektor ITS dalam sambutannya.

Sebagaimana pula disampaikan oleh Rektor ITS, Dr. Ir. Moh. Nuh, DEA, beberapa waktu lalu, bahwa ke depan ITS akan mengadakan program percepatan untuk memperoleh guru besar sebanyak mungkin. Meskipun saat ini jumlah guru besar ITS masih dibawah rata-rata jika dibandingkan dengan jumlah dosen yang ada di ITS, namun pada pertengahan tahun dipastikan jumlah guru besar ITS telah melewati batas tersebut.

"Hari ini kita telah memiliki 34 guru besar dengan persentase antara guru besar dengan jumlah dosennya 3,2 %. Sedangkan sampai pertengahan tahun ini kita masih akan mengukuhkan beberapa orang lagi, dan persentasenya menjadi 3,7 %, dimana jumlah tersebut telah melewati batas rata-rata perbandingan," ujar Nuh.

Dalam sambutannya, rektor juga menyampaikan beberapa pesan kepada Supeno dan Handayani, bahwa menjadi guru besar haruslah sabar. "Guru besar itu tidak boleh cepat marah," kata Nuh. Selain itu, seorang guru besar juga harus memiliki koleksi buku pribadi. Maksudnya, supaya mahasiswa yang kurang mampu untuk beli buku bisa pinjam sama gurunya," tambahnya.

Seorang guru besar juga dilarang qitman. "Guru besar itu tidak boleh qitman alias menyembunyikan, dalam hal ini ilmu yang dia miliki. Jadi, ilmunya itu harus ditularkan kepada mahasiswa dan anak didiknya," pesan Nuh.

Sementara itu, dalam kesempatan orasinya, Supeno yang mendapat gelar Guru Besar Bidang Ilmu Arsitektur dan Jaringan Komputer, Fakultas Teknologi Informasi, mengambil judul 'Perkembangan Teknologi Jaringan Komputer dan Tantangan ke Depan'. Sedangkan 'Informatika Medika: Citra Medis dalam Sistem Informasi Terintegrasi' dipilih Handayani sebagai judul orasinya dalam pengukuhannya sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pengolahan Citra Digital (sept/Lin)

Berita Terkait