ITS News

Jumat, 19 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Garap Replika Kapal Perang Prancis Tahun 1796 (Tulisan 2)

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

UANG SAKU

Yang lebih gila lagi, dibutuhkan dana hingga Rp 150 juta untuk merancang dan membangun kapal perang tahun 1796 itu. Padahal, saat ini dana yang disediakan ITS masih sangat sedikit. Sementara sponsor yang diharapkan membantu belum lagi bisa dihubungi.

Situasi ini bukan saja menuntut pengorbanan waktu belajar, tetapi juga menuntut kesediaan mahasiswa untuk ikut merogoh kantong pribadi untuk mengatasi masalah-masalah kecil.

"Total dana yang telah dikeluarkan mencapai Rp 12 juta. Itu termasuk dari kantong pribadi mahasiswa. Mereka rela menyisihkan sebagian besar uang sakunya untuk proyek ini," kata Daniel yang juga Pembantu Rektor IV ITS.

Agar 11 tahap pembuatan kapal tidak putus pada tahap ketiga, Rektor ITS Prof Ir Soegiono telah menyetujui untuk menjual 10 m3 kayu jati yang mereka miliki.

"Kayu jati ini untuk satu proyek yang telah batal. Kayu jati ini hendak kami jual," kata Daniel.

Namun Rp 150 juta itu baru sebagian kecil dana yang dibutuhkan. Dana yang paling besar justru untuk mengirim 20 mahasiswa itu ke Amerika Serikat selama sekitar 2 bulan. Total anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp 1,2 miliar. Dana itu termasuk untuk mengirim kapal melalui satu kontainer ke AS.

"Mengikuti Atlantic Challenge 2002 tentu bukan impian yang mudah diraih. Kami akan cari sponsor untuk bisa menutup biaya dan memberangkatkan 20 mahasiswa ini ke Amerika," kata Daniel.

Soal dana, kata Koordinator Public Relations and Fund, Muhammad Habibie sedang dibidik dari sejumlah sponsor, termasuk perusahaan rokok nomor satu asal Surabaya, PT HM Sampoerna. Selain itu mereka juga bersiap menghubungi Habibie Centre serta para alumni ITS yang tersebar di Indonesia.

"Kami optimistis, bisa menggalang dana. Banyak perusahaan dan yayasan di Indonesia yang punya komitmen terhadap pengembangan potensi generasi muda dan Iptek, termasuk PT HM Sampoerna," jelas Muhammad Habibie, mahasiswa ITS.

Bagaimana jika dana tidak terpenuhi? Menjawab hal itu, Daniel mengatakan, pihaknya yakin hal itu tidak terjadi.

"Soal dana, kami yakin bisa diatasi. Kegiatan mahasiswa seperti ini sudah selayaknya mendapat dukungan penuh dari semua pihak," katanya.

Melihat kerja keras dan "kegilaan" yang dilakukan 20 mahasiswa ITS itu, siapa pun tentu sependapat dengan Daniel. Para mahasiswa yang coba merengkuh dunia dalam genggaman mereka memang layak mendapat dukungan.

Diakui atau tidak, masyarakat Indonesia merindukan mahasiswa yang rela bekerja keras dan memiliki kegilaan untuk tetap mengibarkan bendera Merah Putih di tengah hiruk pikuk panggung politik yang belum jelas kapan akan membaik.

Intinya, apa pun yang akan dicapai dalam Atlantic Challenge ini, paling tidak 20 mahasiswa itu akan memberi arti besar pada bagi pengembangan dunia maritim di Indonesia yang selama ini terabaikan. Mereka sem*ua sedang berjuang menjadi "Sang Pelopor". (Dwi Eko Lokononto)

Berita Terkait