ITS News

Kamis, 28 Maret 2024
15 Maret 2005, 12:03

Garap Replika Kapal Perang Prancis Tahun 1796 (Tulisan 1)

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

MAHASISWA Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) terus bekerja keras agar tidak sekadar menjadi jago kandang. Selain aktif dalam lomba robot tingkat internasional, kali ini mahasiswa ITS resmi menjadi peserta Atlantic Challenge 2002 yang akan diadakan di kota Maine, Amerika Serikat pada 11-17 Juni.

Atlantic Challenge sendiri merupakan kegiatan lomba pembuatan dan pengoperasian kapal kayu bertaraf internasional yang diadakan dua tahun sekali sejak tahun 1986. Dalam lomba ini, mahasiswa ITS akan menjadi peserta pertama dari kawasan Asia.

Proyek bertarap internasional ini digarap 20 mahasiswa. Mereka tergabung dalam tim yang diberi nama ITS Maritim Challenge 2002, terdiri atas mahasiswa Fakultas Teknologi Kelautan jurusan Teknik Perkapalan, Teknik Sistem Perkapalan, dan Teknik Kelautan. Tim ini diperkuat mahasiswa dari Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS).

Dari 20 orang ini, ada 12 mahasiswa yang bertugas membuat replika kapal perang Prancis yang pernah ditangkap Inggris pada Perang Inggris Raya tahun 1796.

Kapal ini panjang 12 meter, lebar 2,1 meter, dan kedalaman tercelup 0,7 meter. Selain itu kapal ini juga punya tiga tiang layar yang bersistem knock down.

"Kapal ini mengacu pada desain tunggal. Bukan hanya ukurannya yang harus sama, bahan bakunya juga harus sama. Tiang layarnya harus dari kayu pinus, konstruksi kekuatan dan gading dari kayu ulin (kayu besi), sementara badannya dari kulit mahoni," kata Koordinator Produksi Mangoloi M Siallagan, mahasiswa ITS asal Sumatera Utara.

Karena kapal yang digarap ukurannya harus persis, tentu saja semuanya butuh ketelitian dan kemampuan membaca gambar yang dikirim panitia. Untuk menuntaskan pembuatan kapal ini, butuh 4.000 jam kerja.

Pada titik ini, proyek prestisius ini bisa dibilang gila-gilaan. Maklum jika dibagi 12 orang, tiap hari mereka minimal harus menyediakan waktu 3 jam selama 3 bulan.

"Bagi mahasiswa yang juga sedang sibuk ujian, ini tentu bukan persoalan mudah. Hampir pasti, semester ini kami akan ambil cuti. Tetapi ini sudah menjadi konsekuensi," kata Koordinator Tim Anjar Ciptandini, mahasiswa Semester 7, Selasa (8/1).

17 Game

Harus mengambil cuti satu semester? Begitulah adanya. Maklum Atlantic Challenge bukan sekadar lomba membuat kapal, tetapi juga mengharuskan semua tim mengikuti 17 game atau permainan.

Yang namanya permainan di laut, tentu saja butuh keterampilan khusus, antara lain kemampuan mengemudi kapal, mendayung hingga memasang layar dan pengetahuan navigasi. Tak hanya itu, juga menuntut kondisi fisik yang memadai.

Asal tahu saja, 17 game ini meliputi, antara lain, lomba dayung 20 km di Rockland Harbor. Selain itu juga ada lomba memindahkan karung dari kapal ke daratan melalui salah satu dari tiga tiang layarnya.

"Sebelum memindah karung, 10 awak kapal harus terlebih dahulu mendayung. Setelah sampai pada titik tertentu, posisi hadap kapal dibalik dan tiang layar didirikan. Setelah itu baru ditarik tali ke darat untuk meluncurkan karung," jelas Anjar.

Bagi mahasiswa –sekalipun dari Fakultas Teknologi Kelautan dan Politeknik Perkapalan– tentu bukan perkara mudah untuk mengikuti 17 game di atas kapal yang bergerak di atas ombak laut Atlantic. Tak ayal, butuh latihan penguasaan teknik dan fisik secara spartan agar mereka bisa tampil tidak mengecewakan dalam Atlantic Challenge 2002.

Di sana mereka akan bersaing dengan puluhan tim lain dari 16 negara, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Belgia, Belanda, Prancis, Swedia, dan Denmark. "Kami akan dilatih secara khusus oleh TNI AL dari jajaran Armatim. Latihan mungkin akan dilakukan di pasir Putih Situbondo. Soal kesiapan fisik, kami akan mulai latihan setelah ujian pertengahan bulan Januari ini. Paling tidak lari putar-putar kampus ITS," kata Anjar.

Selain itu 20 mahasiswa ini juga mendapat dukungan penuh dari Roger M Johnson MA, supervisi dari Ingris. Dua dosen berpengalaman, masing-masing Ir IKAP Utama MSc PhD, dan I Putu Artha Wibawa ST, juga menjadi pembina tim.

Tak ayal, meski semuanya akan menjadi pengalaman pertama, tetapi 20 anggota tim tetap merasa optimistis bisa tampil maksimal. Apalagi, dalam acara ini yang menjadi titik berat utama penilaian, justru pada kemampuan kerja sama dan pengorganisasian tim dalam membuat kapal hingga pengoperasian kapal.

Panitia juga mensyaratkan, dari 20 anggota tim ini 15 orang di antaranya harus berumur di bawah 21 tahun. Tak hanya itu, dari 20 orang ini juga harus ada empat orang yang punya gender berbeda. Karena itu empat mahasiswi ITS ikut masuk dalam tim ini.

"Lewat pembuatan kapal, acara ini bertujuan menumbuhkan semangat kepeloporan, komitmen, kerja sama, rasa cinta laut, rasa saling menghargai sejarah, disiplin, kepemimpinan hingga keterampilan lintas budaya. Mahasiswa sudah selayaknya diberi kesempatan ikut dalam satu usaha membangun masyarakat global yang saling menghormati," kata Penasihat Tim Ir Daniel M. Rosyid PhD. (bersambung)

Berita Terkait