ITS News

Kamis, 25 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Fokuskan Filosofi dan Implementasi Six Sigma

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Six Sigma sebagai salah satu cabang ilmu mampu mendobrak sistem peningkatan kualitas produk dan pelayanan di perusahaan. Banyak perusahaan skala besar menerapkan Six Sigma sebagai suatu sarana untuk terus memperbaiki kualitasnya dengan harapan akhir yang tak lepas dari orientasi profit. Sebab dari waktu ke waktu, persaingan kualitas semakin ketat sehingga selalu diperlukan kepandaian dalam hal perbaikan kualitas.

Dari sekian puluh orang yang mengenal Six Sigma, ternyata masih banyak yang belum benar-benar memahami sampai ke akarnya. Inilah yang mendasari penyelenggaraan pelatihan Six Sigma bertema Workshop Implementation of Six Sigma in Industry. SMSI (Studio Manajemen dan Sistem Industri) bekerja sama dengan Pusat Pengkajian dan Pengembangan Industri atau disingkat P3I kembali mengadakan training yang menjadi agenda tahunan ini selama dua hari pada Sabtu-Minggu (19-20/06) kemarin. Tidak lebih dari 25 mahasiswa berasal dari berbagai jurusan di ITS serta beberapa diantaranya datang dari PTN dan PTS Surabaya ikut bergabung dalam pelatihan ini. "Sengaja kami membatasi kursi peserta sampai 25 orang saja karena kami menganggap jumlah itu adalah efektif untuk sebuah pelatihan seperti ini," kata Aryusamalia yang akrab disapa Lia.

Kesalahpahaman mengenai arti Six Sigma itulah yang ingin dijelaskan dan diluruskan pada training ini. Para pemandu yang turut mengonsep materi sengaja menekankan pada filosofi Six Sigmanya. Menurut Dito Yulianto, trainer dari jurusan TI, kebanyakan orang salah kaprah dengan menganggap Six Sigma itu sebagai alat untuk meningkatkan kualitas. Six Sigma hanyalah salah satu sarana dari sekian sarana perbaikan kualitas seperti QCC dan TQM. "Filosofi Six Sigma itu bisa diterapkan pada skala perusahaan apapun, tidak terbatas pada perusahaan besar saja. Tetapi ya itu, harus memahami betul konsep dasarnya," terang Dito. Empat konsep dasar yang merupakan sebuah siklus itu meliputi Define, Measurement, Analysis dan Control.

Rachmad Imawan, salah satu trainer, juga mengembangkan penjelasan mengenai keuntungan penggunaan Six Sigma dan pengenalan tentang perhitungannya.
Dari beberapa pertanyaan yang dilontarkan peserta ditengah-tengah presentasi terlihat jelas bahwa sebagian peserta masih bingung pada pengertian Six Sigma, bagaimana melakukan perhitungannya serta kendala yang dihadapi bila menggunakan Six Sigma.

"Memang benar ada kesulitan bila Six Sigma diterapkan pada perusahaan menengah ke bawah dimana kendalanya terletak pada sumber dayanya," demikian jawab trainer yang akrab dipanggil Iwan ini. Menurutnya, kita bisa memakai filosofinya saja. Six Sigma bukan satu-satunya resep atau obat yang bisa memastikan desain, produk dan pelayanan itu beres. Semuanya tergantung bagaimana manajemen menjalankan prosesnya. Problem lainnya yang mungkin terjadi adalah ketika proses pengumpulan data berlangsung karena pada umumnya data tersebut berbentuk kontinu, bukan diskrit. Hal ini juga dapat terjadi pada perusahaan jasa dimana datanya berwujud angka sehingga perlu dilakukan konversi terlebih dahulu.

Namun demikian, penguasaan teori Six Sigma tidak akan memberikan hasil nyata tanpa aplikasi langsung pada kasusnya. Kedua hal tersebut memang menjadi fokus pada training kali ini. Karenanya, materi studi kasus sangat menarik perhatian peserta sebab di dalamnya sesekali disisipi permainan yang memerlukan partisipasi peserta.(d1ti/Lin)

Berita Terkait