ITS News

Jumat, 19 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Fahmi ; "Inovasi Digital Library Terhambat&quot

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Era digital saat ini semakin banyak user yang memanfaatkan media perpustakaan online. Seiring berjalannya waktu masyarakat ingin memperoleh informasi dan pengetahuan melalui akses yang mudah dan cepat. Kebutuhan akan informasi yang terus up to date mewajibkan DLN (Digital Library Network) di negara kita saat ini untuk melakukan lebih banyak inovasi. Kemajuan aplikatif teknologi ini dalam menjawab persaingan ekonomi dunia, tak lagi mengenal batas peta politik dan batas antar negara, hal ini harus disadari oleh ITS dan harus segera diaplikasikan.

Usaha untuk menarik minat masyarakat dalam menggunakan DLN terus dilakukan."Inipun perlu inovasi jaringan perpustakaan Digital Network of Networks (NeONS)," ujar Ir. Ismail Fahmi dalam Seminar dan Yearly Meeting Indonesia "Perpustakaan Digital di Era global".

Menurut Ismail, usaha tersebut dapat dimulai dari penentuan jenis-jenis sumber pengetahuan yang akan dikelola, hingga bagaimana berbagai komunitas dapat saling sharring informasi. "Data untuk sharing informasi di negara kita ini sangat kurang," jelas Ismail.Perlu adanya suatu jaringan bagi setiap komunitas yang menghubungkan jaringan-jaringan tersebut dalam sebuah jaringan nasional yang lebih besar, "Yakni sebuah Network of Networks," kata dosen ITB ini.

Diungkapkan pula oleh Ir Ismail Fahmi bahwa Digital Library Network(DLN) Indonesia sedang dihadapkan pada kendala yang cukup rumit, diantaranya kesenjangan pendidikan, sosial, hak milik dan hak cipta, plagiat dan pencurian ilmu. " Melihat tantangan seperti ini, kita butuh suatu profesional rules, bagaimana cara mengutip yang baik dan benar," ujarnya. Menurutnya lagi, dalam DLN banyak memuat metadata (informasi yang menjelaskan informasi lain yang lebih lengkap, disebut juga data tentang data) yang disebarkan ke seluruh server dalam jaringan itu.

Server-server (baik data provider maupun service provider) yang menghimpun metadata tersebut melalui protokol PMP (Protokol for Metadata Posting) dapat memilih metadata dalam kategori tertentu dan dari server tertentu untuk didownload. "Jadi, setiap metadata yang ditawarkan dikelompokkan sesuai disiplin ilmu," ujar bapak dua orang anak ini. Disamping itu juga file asli akan tersimpan oleh data provider (penyedia data).

Aktivitas komunikasi antara service provider dengan data provider harus baik. "Dibangun oleh protokol Request dan Response," jelas Fahmi, sehingga aktivitas ini dapat meng-harvest atau mengambil metadata sesuai yang diinginkan. "Dengan adanya sistem ini maka akses pengetahuan melalui DLN akan sangat mudah dan cepat dilakukan oleh usernya," terang Ismail diakhir makalahnya. (mut/Lin)

Berita Terkait