ITS News

Jumat, 26 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Elit Tapi Bukan Elitisme

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ditinjau dari perbandingan jumlah penduduk, mahasiswa adalah salah satu golongan yang mempunyai kesempatan untuk menikmati pendidikan yang lebih tinggi. Hal inilah yang membuat mahasiswa dianggap sebagai suatu golongan elit, terlebih lagi di Indonesia yang penduduknya sebagian besar berpendidikan rendah. "Setidaknya ada beberapa hal yang membuat mahasiswa dianggap sebagai golongan elit. Yang sangat jelas adalah dari segi jumlah," kata Cak Nur, panggilan akrab dari Nurcholis Madjid,
mengawali ceramahnya yang berjudul Perguruan Tinggi, Mahasiswa dan Pencerahan Bangsa.

Tapi anggapan sebagai golongan elit itu jangan diteruskan sebagai suatu sikap elitisme. Elitisme membuat mahasiswa akan merasa sombong, angkuh dan tinggi hati. Sehingga dari sikap itu mahasiswa merasa tidak perlu belajar. Sebab, menurut Cak Nur, belajar itu harus didasari oleh sikap rendah hati dan mau menerima orang lain tanpa rasa dan sikap tersebut manusia tidak akan mau belajar.

Salah satu bukti, lanjutnya, adalah ketika para bangsawan Inggris mendirikan Cambrige University. Mereka mendirikan lembaga pendidikan itu khusus untuk menampung para bangsawan yang ingin kuliah. Karena dari golongan yang terhormat, para bangsawan itu merasa tinggi hati dan sombong. Mereka tidak pernah mau belajar dan tentu saja ini berakibat pada kemajuan Cambrige. Para pengajar di sana akhirnya memutuskan untuk melakukan perombakan yang ekstrem. "Semua siswa disana diplonco. Diplonco artinya kepala mereka digundul sehingga seprti budak yang selalu patuh pada tuannya. Dari sinilah awal mula perploncoan itu," terang lelaki kelahiran Jombang ini dihadapan anggota Senat ITS dan mahasiswa baru yang memenuhi Graha Sepuluh Nopember.

Jadi, ujar Cak Nur, ploncoan atau digundul disini dimaksudkan agar merendahkan diri dan membuka hati dari para mahasiswa agar mau belajar di lingkungan ini. Sehingga tidak terjebak dalam apa yang dinamakan generasi tanpa komitmen. "Jadi saya melihat generasi saat ini sudah terjebak dalam generasi tanpa komitmen," kata Rektor Universitas Paramadina ini. Generasi, lanjutnya, ini kerjanya hanya hura-hura dan bahkan terjebak dalam praktik – praktik yang membahayakan bukan saja pada dirinya tapi juga negara.

Harusnya para generasi muda menjadi generasi yang punya komitmen untuk memajukan bangsa. Khususnya di ITS, yang merupakan salah salah satu institut terkenal di Indonesia. Salah satu caranya adalah mengembangkan ilmu sains. Bidang ini memang kelihatannya tidak begitu diperlukan saat ini, namun untuk masa mendatang akan sangat berguna. "Ketika Amerika mengirim Neil Amstrong ke bulan banyak orang mencibir bahwa langkah itu hanya untuk menyaingi Uni Soviet. Tapi sekarang terbukti hal itu sangat perlu," jelas Guru Bangsa ini panjang lebar.

Untuk itu, jelasnya, diperlukan inisiatif – inisiatif yang muncul dari bawah. Jika kita masih tetap menunggu perintah dari atasan tanpa pernah punya inisiatif untuk bertindak maka selamanya tidak akan maju. "Negara kita terlahir sebagai negara budak, ini terbukti dari perilaku kita yang menunggu perintah. Inisiatif dari bawah harus dimunculkan jika kita ingin menjadi bangsa yang seutuhnya merdeka," pungkas Cak Nur mengakhiri kuliah umumnya.(har/li)

Berita Terkait