ITS News

Kamis, 25 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Dunia Bawah Sadar Bantu Pola Pikir Dalam Belajar

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Quantum Learning (QL) yang diadakan oleh Himaprodi Biologi ITS bertempat di gedung BAAK ruang sidang FMIPA lantai 3.

Materi awal disampaikan oleh Drs. Sri Mulyono mengenai kekuatan dunia bawah sadar yang dapat membantu proses belajar bagi setiap individu. "Dunia bawah sadar dapat membantu pola pikir dalam belajar, namun terlebih dahulu harus ada input yang positif dari dunia sadar," ujarnya. Sri menambahkan hal ini dapat menumbuhkan pola pikir yang kuat dalam belajar, disamping itu pula harus ada ketenangan diri serta didukung dengan do’a untuk lebih mantap dalam proses belajar.

Materi yang lain, yaitu managemen keperceyaan diri dan gaya belajar yang disampaikan oleh Bagus Sunyoto. Beliau mengatakan untuk menerapkan metode Quantum Learning di Indonesia sangat sulit. Mengapa sulit? Karena dalam menerapkan metode ini harus ditinjau dari kultur atau budaya dalam masyarakat itu sendiri dan perlu adanya penyesuaian yang seimbang dalam kultur.

"Sedangkan untuk mengubah kultur itu sendiri sangat sulit. Yang lebih cocok untuk di terapkan di Indonesia adalah metode EQ, IQ, dan AQ," jelas Bagus Sunyoto yang juga seorang konselor. Selain itu Bagus juga menyinggung sifat kebanyakan mahasiswa ITS yang kurang percaya diri.

"Saya sangat tidak setuju kalau rasa percaya diri (pe-de) itu dikatakan sikap cuek,"tegasnya dihadapan 15 orang peserta. Sebab kalau pe-de diartikan cuek akan makin rancu, dan berarti kurang sosialisasi dalam masyarakat. Namun, percaya diri itu merupakan rasa percaya terhadap dirinya sendiri dari hasil belajar atau pengalaman dalam bersosialisai dalam lingkungannnya. Pada akhirnya akan membentuk pribadi yang berkarakter sesuai individu.

Selain materi yang berupa ceramah, QL ini juga diisi dengan simulasi. Seperti simulasi belajar cepat yang dipandu oleh Prita.Dalam sesi ini setiap peserta distimulus untuk menggunakan kekuatan otak kiri dan otak kanan. Otak kanan mempunyai kemampuan untuk berkreativitas seperti menggambar dan memberi simbol sedangkan otak kiri mempunyai kemampuan untuk berfikir analitis, misalnya berhitung, dan berfikir logis. "Dengan menyeimbangkan kerja otak kanan dan kiri supaya sinergis dalam proses belajar," ujar mahasiswi Biologi angkatan 98 ini bersemangat. Sehingga peserta diharapkan mampu mengaplikasikannya dalam aktivitas sehari-hari.(m3/har)

Berita Terkait