Siapa yang tidak ingin menjadi kaya? Yang pasti, tak seorangpun yang ingin hidup miskin. Banyak jalan menuju hidup kaya. Salah satunya adalah dengan duduk di depan televisi. Itulah yang diungkapkan oleh Arief Himawan Kusumanegara, Manager Partner Surabaya Consulting Group dalam Enterpreneurship Training, Sabtu kemarin (06/03).
Bertempat di ruang sidang Teknik Sipil ITS, Direktur dari PT CSI ini mengungkapkan, dengan duduk di depan televisipun kita bisa menjadi kaya. "Salah satunya dengan berusaha memperoleh hadiah dari kuis di televisi," ujar pria yang saat itu mengenakan kemeja biru. Namun, ada harga yang harus dibayar dari cara tersebut. "Bisa saja kita menang tapi kemungkinannya sangat kecil," tekan Arief.
Cara yang lain adalah dengan menabung. Menurut pria yang sering menjadi pembicara di berbagai acara entrepreneurship ini, menabung memang memberikan jaminan untuk kaya. Namun untuk berapa lama waktu yang diperlukan hingga kita bias benar-benar kaya dari tabungan. Anggap saja bunga deposito sekarang lima persen pertahunnya. Maka kita butuh seratus tahun untuk bisa memeproleh satu juta dollar. "Bisa-bisa kita sudah jadi kakek nenek semua…baru kaya," terang pria yang menetap di Sidoarjo ini.
Ikut lotere, bermain dalam bursa saham, menjadi orang yang kikir bahkan perampok juga merupakan jalan menjadi kaya. "Bahkan, menikah dengan orang kaya, juga cara tercepat menjadi kaya," ujarnya yang langsung ditanggapi dengan tawa riuh dari puluhan peserta pelatihan.
Namun, dari sekian cara itu yang paling menguntungkan adalah dengan membayar harga menjadi kaya seraya bisa tetap menikmati hidup dalam kekayaan. Arief mencontohkan, seorang tukang becak bisa kaya mendadak karena menang lotere. Namun dalam waktu singkat, keadaan itu akan berbalik seratus delapan puluh derajat. "Bisa-bisa, orang itu malah tambah miskin," ujarnya.
Untuk bisa menjadi kaya dengan membayar harga yang pas namun tetap bisa menikmati hidup dalam kekayaan, ada tiga hal yang harus dikuasai. Yang pertama adalah kemampuan managemen orang. Kedua, kemampuan melakukan penjualan dan memimpin penjual. Dan yang terakhir, memiliki kecerdasan financial, yaitu kecerdasan membelanjakan uang.
Menanggapi pertanyaan dari Dika, mahasiwa Teknik Perkapalan, mengenai strategi pemasaran, perlu diadakan perubahan. Strategi pemasaran sekarang ini cenderung ke arah bagaimana kita bisa menjual. Dan menurut Arief, itu harus diubah. "Buatlah konsumen benar-benar merasa butuh dengan barang yang kita tawarkan," ujar distributor Flexi ini. Dengan begitu, keinginan untuk membeli akan meningkat, dan penjualan pun akan bisa berjalan lancar.(rin/rom)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya mendorong inovasi riset, termasuk dalam bidang kelapa
Kampus ITS, ITS News — Mengusung tema SDGs Innovation, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menyelenggarakan program Community & Technological
Kampus ITS, ITS News — Seiring dengan perkembangan di bidang industri, permasalahan pada sebuah sistem industri pun ikut semakin kompleks.
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyelenggarakan kegiatan Magang Sertifikasi Sistem Informasi Kearsipan Nasional (SIKN)