ITS News

Sabtu, 27 Juli 2024
15 Maret 2005, 12:03

Diskusi Serius di Tempat Santai

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Lembaga Swadaya Mahasiswa Forum Study Strategis (LSM FOSTRA), selasa (9/03), mengadakan diskusi terbuka dengan tema Gerakan Mahasiswa tahun 66-2004. Tak tanggung-tanggung, LSM ini menghadirkan dua orang narasumber sebagai pembicara utamanya.

Yang pertama adalah Danar Surya, alumni Teknik Lingkungan ITS yang juga mantan Presiden BEM ITS dan Soeripto S.H, mantan Sekjen Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Tokoh yang satu ini cukup dikenal di dunia mahasiswa, beliau adalah aktivis gerakan mahasiswa di tahun 1960-an. Semasa menjadi pejabat beliau juga masih dekat dengan dunia kemahasiswaan. Pria kelahiran Bandung, 20 November 1946 ini juga merupakan penggagas dibentuknya Senat Mahasiswa di kampus-kampus.

Diskusi dibuka dengan pandangan masing-masing pembicara tentang gerakan mahasiswa. Danar Surya lebih menekankan bahasannya pada gerakan mahasiswa Intra kampus, sementara Soeripto lebih menyoroti persamaan gerakan mahasiswa di masa sekarang dengan gerakan di tahun 60-an dalam hal prinsip. Di tengah diskusi sempat dibacakan puisi karya WS Rendra yang berjudul ‘Sajak bulan Mei 1998 di Indonesia’. Sajak yang bercerita tentang masa awal Reformasi ini semakin menyemarakkan suasana diskusi.

Pada sesi tanya jawab, Siswo mahasiswa D III Teknik Mesin menanyakan tentang konsep apa yang harus dimiliki gerakan mahasiswa. Soeripto, yang pernah membongkar kasus korupsi Bob Hasan ini menjelaskan, yang terpenting bagi gerakan mahasiswa justru bukanlah konsep, melainkan naluri. Yaitu naluri untuk mengkritisi persoalan yang tidak benar menurut hati nuraninya. "Membuat konsepsi itu bukan tugas mahasiswa, tapi pakar profesional yang memang ahli di bidangnya," terang soeripto

Dikusi lalu menyinggung fenomena aktivis mahasiswa, yang ketika di kampus begitu giat mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan dengan keinginan rakyat, namun ketika duduk di kekuasaan justru mengulangi kesalahan yang sama dengan penguasa sebelumnya. Menurut Soeripto, agar bisa tetap kritis dan konsisten, seorang aktivis harus selalu dekat dengan mahasiswa meskipun mereka sudah meninggalkan kampus. "Saya sendiri Alhamdulillah selama ini meski sudah menjadi pejapat masih dekat dengan mahasiswa, sehingga bila saya melakukan kesalahan, selalu ada yang mengingatkan," kata Soeripto.

Dalam diskusi ini terungkap bahwa sebenarnya gerakan mahasiswa di tahun 1960-an itu juga tidak sepenuhnya solid, karena ada sekelompok elemen mahasiswa yang mengadakan kontra aksi melawan perjuangan yang ingin mengakhiri kekuasaan Orde Lama. Keberhasilan gerakan itu lanjutnya, tak lepas dari konsolidasi gerakan mahasiswa dengan elemen rakyat dan TNI-AD. Karena itu bila gerakan mahasiswa ingin berhasil, Soeripto menyarankan agar mereka selalu melakukan konsolidasi dengan elemen lain. "Kita tidak perlu takut dengan gerakan kontra-aksi seperti itu, karena jumlahnya pasti kecil dan kelak akan terbongkar juga bahwa mereka itu adalah mahasiswa bayaran," Terang Soeripto.

Sementara itu Danar Surya, mengingatkan para aktivis agar tidak takut menyuarakan pendapatnya. Namun mereka juga harus terus memperhatikan masalah kaderisasi, sebab menurutnya, saat ini gerakan mahasiswa kekurangan sumberdaya manusia baik secara kualitas maupun kuantitas. Selanjutnya kedua pembicara berpesan agar para aktivis tidak mudah terpancing provokasi, sebab saat ini potensi konflik horizontal antara elemen mahasiswa cukup besar, apalagi menjelang Pemilu 2004.

Kendala yang dihadapi diskusi ini adalah keramaian di kantin pusat yang juga menjadi tempat pelaksanaan pentas musik. Namun demikian animo mahasiswa untuk menghadiri diskusi ini cukup besar. Separuh lebih pengunjung kantin pusat mengikuti diskusi ini dengan seksama dan banyak mengajukan pertanyaan bahkan hingga acara selesai. Diwawancarai sesusai acara, Presidium FOSTRA sebagai penyelenggara menyatakan mereka sengaja memilih Kantin Pusat ITS sebagai lokasi, untuk memberi wawasan kepada mahasiswa ITS yang kebanyakan memiliki pandangan salah terhadap kegiatan Sosial Politik. "Sebenarnya tempat ini cukup kondusif, namun kami sendiri tidak mengira bahwa ada kegiatan musik di saat yang sama," Ujar Aditya, mahasiswa Teknik Fisika ITS yang merupakan salah satu anggota presidium. (m2/Lin)

Berita Terkait