ITS News

Rabu, 24 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Dishub Menentang, Pakar Mendukung- Soal Usulan Gubernur untuk Menggusur Terminal Joyoboyo

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Jumat, 09/08/2002
SURABAYA – Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya Drs Ec Budi Harjono menentang keras, sementara pakar tata kota dari ITS Profesor Johan Silas memujinya.

Seperti diberitakan, gubernur mencetuskan ide untuk memperluas KBS ke arah selatan, hingga mencapai Kali Surabaya. Ini karena fungsi Terminal Joyoboyo yang dirasakan tidak terlalu penting, sebab hanya digunakan sebagai terminal transit angkutan kota saja. Sementara antar kota telah dipindahkan ke Terminal Bungurasih. "Kalau hanya terminal transit seharusnya tidak perlu seluas itu," kata Imam Utomo, yang kemudian didukung oleh Wali Kota Bambang D.H.

Namun, menurut Budi, usulan tersebut sangat ironis. Menurutnya, saat ini Surabaya justru membutuhkan lebih banyak terminal transit –terminal jenis C– seperti Joyoboyo. "Lha kita kekurangan terminal kok malah mau ditutup," kata Budi kepada Jawa Pos, saat menghadiri pengentasan gerakan kemiskinan di Kecamatan Mulyorejo, kemarin.

Saat ini, tutur Budi, Surabaya sebenarnya membutuhkan kira-kira delapan teminal transit seperti Joyoboyo. Sebab, lanjutnya, saat ini Terminal Joyoboyo menjadi terminal dari hampir seluruh angkutan kota yang ada di Surabaya. "Jadi kalau mau digusur, terus angkutan kota mau berhenti di mana lagi?" ungkapnya.

Jadi, menurut Budi, keberadaan Terminal Joyoboyo itu masih perlu dipertahankan. "Saya sangat tidak setuju dengan usulan penggusuran untuk dijadikan KBS itu," ungkapnya kesal. Bahkan, dia menyatakan bahwa kalau perlu KBS-lah yang pindah keluar kota. "Bukan terminalnya yang ditutup," paparnya.

Sementara itu, Profesor Johan Silas justru mendukung usulan gubernur. "Saya kira perkembangan Kota Surabaya saat ini sangat memerlukan ruang terbuka hijau di tengah kota seperti KBS itu," ungkapnya.

Keberadaan Terminal Joyoboyo, menurut dia memang sudah saatnya ditinjau ulang. "Memang saat ini Surabaya memerlukan banyak terminal transit," katanya. Namun, lanjutnya, itu bukan berarti terminal tersebut membutuhkan tempat yang luas seperti Joyoboyo.

"Logikanya, terminal transit itu yang antri adalah penumpangnya, bukan angkutan kotanya," jelasnya. Sehingga tidak diperlukan kawasan terminal yang cukup luas. "Pokoknya cukup dibangun tempat tunggu penumpang yang memadai, sedangkan antrian angkutan kota jumlahnya harus dibatasi," paparnya.

Sedangkan yang terjadi di Joyoboyo saat ini, terminal tersebut telah berubah fungsi menjadi pool angkutan kota. "Jadi yang banyak antri di sana itu adalah angkutan kotanya, bukan penumpang," urainya, "Kalau untuk pool seperti Joyoboyo itu seharusnya berada di pinggir kota saja," tandasnya. (agt)

Berita Terkait