"Membongkar Paradigma Hubungan Islam dan Sains," merupakan tema yang dipilih oleh Yayasan Nida'ul Fithrah dan Forum Studi Islam Fisika ITS (FOSIF) untuk mencoba menjawab permasalahan yang ada di Indonesia, khususnya. Seminar tersebut (1/12)menghadirkan Ir. Andri Kurniawan dan M. Zainal Abidin, S.Si sebagai pembicara.
Menurut Andri, "Sains adalah sarana yang pada akhirnya mencetak suatu peradaban : dia merupakan ungkapan fisik dari pandangan dunianya". Lebih lanjut, Sains modern telah berkembang dan matang dalam lingkungan Barat dan bukanlah suatu kebetulan jika sebagian besar sains masa kini pada hakekatnya berkaitan dengan mesin perang, riset biologi dasar yang mau tak mau menuntun pada penyikasaan binatang, manipulasi genetika dan kontrol atas individu-individu merupakan suatu tujuan yang nyata dari bidang-bidang baru yang bermunculan seperti sosio-biologi; dan hampir semua produk sains modern digunakan oleh minoritas tertentu-negera-negara industri- untuk menguasai mayoritas umat manusia dan dunia ketiga. Gaya sains dan teknologi Barat yang menindas dan mengabaikan mesalah-masalah nilai, yang didasarkan pada keyakinan bahwa semua persoalan dapat diputuskan secara ilmiah, kini terjerat dalam kontradiksi-kontradiksi yang lebih rumit lagi.
Dalam paparannya, Andri menjelaskan bahwa sesungguhnya sains Islam, sebagaimana yang dibuktikan oleh sejarahnya, jelas-jelas berusaha untuk menjunjung dan mengembangkan nilai-nilai dari pandangan dunia dan peradaban Islam, tidak seperti sains Barat yang berusaha untuk mengesampingkan semua masalah yang menyangkut nilai-nilai. Ciri yang unik dari sains Islam berasal dari penekanannya pada kesatuan agama dengan sains, pengetahuan dan nilai-nilai, fisika dan metafisika. Penemuan kembali sifat dan gaya sains Islam di zaman sekarang merupakan salah satu tantangan yang paling menarik dan secara intelektual penting yang idhadapi oleh masyarakat muslim. Sesungguhnya, kemunculan dari suatu peradaban muslim yang mandiri dan hidup di masa yang akan datang tergantung pada cara masyarakat muslim masa kini menangani tantangan ini. Langkah-langkah yang harus diambil adalah meneliti sains modern dan kebijaksanaan sains di dalam suatu kerangka konsep-konsep yang membentuk cita-cita masyarakat muslim. Usaha ini dikemukakan dalam suatu seminar mengenai "Pengetahuan dan Nilai-nilai" yang diselenggarakan dengan bantuan Internasional Federation of Institutes of Advance Study (IFIAS) di Stockholm. Seminar ini membatasi sepuluh konsep Islam yang meliputi dan melukiskan sifat pencarian Islam dalam totalitasnya: Tauhid, Khalifah (perwalian manusia), 'ilm (pengetahuan), halal, haram, 'adl (keadilan sosial), zhulm (kezaliman), istishlah (kepentingan umum) dan dziya' (pemborosan).
Sementara itu pada kesempatan kedua, Zendin, demikian sapaan akrab M. Zainal Abidin, SSi, mengungkapkan bahwa pada dasarnya ilmu Fisika adalah ilmu yang berusaha untuk mengungkapkan rahasia sifat dan perilaku dari alam semesta. Langkah pertama yang dilakukan dalam kegiatan Fisika adalah observasi atau pengamatan terhadap obyek alam yang ingin di selidiki. Kedua adalah pengukuran, dan yang ketiga, analisa data yang terkumpul dari berbagai pengukuran yang terlibat maka kemudian tercapailah kesimpulan yang rasional yang biasanya disebut sintesa.
"Banyak sekali ilmuwan Islam dengan karya-karya mereka yang besar, yang pengaruh hasil karya ilmiahnya bahkan dapat dirasakan berabad-abad kemudian di dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa", tambah Zendin. Sejak umat Islam mulai melepaskan kegiatannya di bidang sains pada abad XIII, setelah memonopoli sains dan teknologi selama hampir lima abad, dan berangsur-angsur memberikan pelita kepada bangsa Eropa (Barat), ia menjadi lemah dan bertambah rapuh sehingga tidak mampu menahan Eropa yang dalam abad ke XVII mulai memaksakan penjajahan atas dirinya. Beberapa orang beranggapan bahwa lenyapnya kemampuan umat Islam di bidang Ilmu Pengetahuan disebabkan oleh hancurnya sarana pengembangan ilmu dan perpustakaan karena mengamuknya tentara Mongol yang menghancurkan Baghdad serta hancurnya kekuatan umat Isam di Spanyol sehingga banyak pula ilmuwan yang terbunuh. Maka pertanyaan bagi kita (umat Islam, red) adalah mengapa pada abad sains dan teknologi saat ini, kita dan bahkan negara-negara yang disebut negara Islam atau muslim sangat jauh tertinggal sehingga umat Islam hanya menjadi konsumen-konsumen teknologi dan korban-korban situasi akibat ketidakmampuannya bersaing dan menjadi bulan-bulanan Barat. Sementara itu, ayat-ayat Al Qur'an begitu banyak memprogram alam bawah sadar seorang muslim bahwa dengan Islam kita menuju kejayaan (Al Falah), dengan Islam adalah sebaik-baik umat dan peradaban."Dengan Islam kita pasti mencapai kemenangan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat", tambahnya bersemangat.
Acara yang berlangsung tengah hari tersebut dihadiri banyak peserta. Dan seperti pada umumnya seminar, seminar kali ini setelah presentasi dari pembicara dilanjutkan dengan session tanya jawab yang sebelumnya ada break untuk memberi kesempatan shalat Ashar kepada peserta.(yud/rif)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengadakan kegiatan pelatihan penulisan buku sebagai upaya untuk terus
Kampus ITS, ITS News —Sebagai kampus dengan riset dan teknologi terdepan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mendapat amanah dari
Kampus ITS, ITS News — Merayakan satu dekade perjalanan, Business Management Student Association Institut Teknologi Sepuluh Nopember (BMSA ITS)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali pertahankan komitmennya dengan meraih kembali Indonesia’s SDGs Action Awards