ITS News

Rabu, 24 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

AKSI AKROBAT DARI NEGERI CHINA

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Acara Malam Kesenian Muslim RRT Xin Jiang yang digagas oleh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dan Paguyuban Masyarakat Tionghoa (PMT) Surabaya itu dimulai pukul 19.00 WIB. Para undangan yang berjumlah sekitar 2000 orang sudah menyesaki graha saat dimulai. Tampak dari undangan, beberapa pengusaha etnis Tionghoa. Selain dari etnis Tionghoa, panitia juga mengundang puluhan anak jalanan dan yatim piatu. Tak hanya itu, panitia juga tetap membuka diri untuk siapa saja yang ingin menonton.

Sementara itu, di atas pentas, tampak seorang pemain akrobat yang sedang beraksi. Seorang gadis asal negeri China berusia belasan tahun meliuk-liukkan tubuhnya. Ia pun mampu menekuk tubuh ke belakang, hingga kepala bertemu dengan ujung kakinya. Detik selanjutnya, datang seorang pemain akrobat lain, memberi si gadis lima pasang gelas kaca. Oleh si gadis, masing-masing gelas diletakkan pada kepala, kedua tangan dan kedua kaki. Ia pun terus meliuk-liukan tubuh dan menjatuhkan sebuah gelas pun. Atraksii tersebut kontan mengundang decak kagum pengunjung. Tak jarang, penonton bergumam dan kemudian memberikan aplaus panjang untuk si gadis ‘plastik’ itu.

Penonton kemudian disuguhi aksi tari pergaulan suku Xin Jiang, China. Tari yang cukup kocak ini mengisahkan empat pria yang memperebutkan seorang gadis. Dilihat sepintas, wajah para penari ini seperti bukan dari China daratan, melainkan tampak seperti orang Timur Tengah. "Mereka itu asli Tiongkok, dari suku Xin Jiang yang ada di daerah Barat China, jadi sekilas terlihat seperti peranakan orang Turki," jelas Liem Ou Yen, Ketua Koordinator PMT Surabaya. Pria berkemeja batik ini lantas menambahkan, orang-orang dari suku Xin Jiang ini mayoritas memeluk agama Islam, jadi tak heran kalau iringan tarinya bernuansa musik padang pasir. "Jangan salah, mereka memeluk Islam lho!" tambah Liem.

Senada dengan pernyataan Liem Ou Yen, H.S. Willy Pangestu juga turut memberikan komentar. Menurut Sekretaris PITI ini, para penari memang sengaja didatangkan oleh Kedubes RRC dalam rangka pertukaran budaya. Willy kemudian mengatakan, "Kami ingin menepis isu kalau Islam dan orang Tionghoa itu tidak seperti air dan minyak." Pria muslim ini lantas menambahkan, "Nah, sekarang terbukti kan kalau di China juga ada muslimnya," ujarnya dengan logat China yang kental.

Sehari sebelumnya, acara serupa juga digelar di Surabaya. Hanya saja tempatnya berada di halaman masjid Cheng Ho, sebuah masjid yang berarsitektur China. (tov/bch )

Berita Terkait