ITS News

Kamis, 25 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

Afganistan, negara miskin dengan harga diri yang tinggi

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Salah satu rangkaian acara Ramadhan di Kampus (RDK), kemarin (2/12) digelar Tabligh Akbar Ramadhan 1422 H dengan mengambil tema "Analisa Multidimensi Konflik Afganistan dan Sikap Muslim dalam Kerangka Ukuwah Islamiah."

Rencana semula Tabligh Akbar tersebut menghadirkan Dr. Salim Segaf Al Jufri, ketua pusat KISA (Komite Indonesia untuk Solidaritas Afganistan) dan Nur Budiyanto, wartawan Jawa Pos sebagai pembicaranya. Akan tetapi karena tugas, maka Nur Budiyanto berhalangan hadir memenuhi undangan. Sehingga Dr. Salim sendirian dalam menyampaikan paparannya tentang Afganistan.

"Afganistan adalah negara yang miskin, akan tetapi mereka (penduduk Afganistan, red) sangat menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Islam-an", kata Dr. Salim membuka acara. Lebih lanjut, mereka sangat hati-hati dalam menerima bantuan, bukan berarti mereka "negatif thinking" terhadap pendatang, tidak, mereka justru masyarakat yang terbuka dan ramah. Walaupun tergolong negara miskin, rakyat Afganistan sudah mampu membuat senjata yang jika dibandingkan setara dengan senjata buatan Jerman, luar biasa.

"Sebenarnya orang-orang yang tewas dalam tragedi WTC tersebut sebagian besar bukan berasal dari Amerika. Rata-rata mereka adalah pendatang dari berbagai negara. Akan tetapi Amerika tetap bersikeras untuk menduduki negara-negara Timur Tengah lantaran ingin menguasai cadangan minyak dunia, yang memang sebagian besar berada di daerah Timur Tengah," jelasnya.

"Pemboman terhadap WTC tersebut "di-blow up" habis-habisan di berbagai media massa. Selanjutnya Amerika membalasnya dengan menjatuhkan kurang lebih 2000 bom curah, yang dilarang penggunaannya tetapi tidak ada yang memprotesnya. Hal ini lebih disebabkan karena obyeknya adalah masyarakat Islam. Sungguh suatu kenyataan yang sangat memprihatinkan. Karena teriakan HAM (Hak Asasi Manusia) tidak diperuntukan orang-orang Islam. Oleh sebab itu Islam harus satukan keyakinan, Indonesia punya peluang untuk membawa bendera Islam tinggal bagaimana kita mampu untuk merealisasikannya," tambahnya.

Di akhir paparannya, Dr. Salim memberikan pesan, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu berbuat untuk orang banyak dan apapun yang terjadi di Afganistan membangkitkan solidaritas kaum Islam." (yud/rif)

Berita Terkait