ITS News

Jumat, 19 April 2024
15 Maret 2005, 12:03

13 Februari Bisa Banjir Besar

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Bertepatan prakiraan tim independen Dinas Penanggulangan Banjir Surabaya-ITS, 13 Februari 2002, air laut mengalami pasang naik tunggu tinggi selama Februari ini. Ketinggian air laut yang pasang, mencapai 26 cm dari titik nol permukaan air laut.

Inilah yang ditakutkan tim ahli banjir. Begitu hujan lebat mengguyur Surabaya bareng air laut pasang, banjir besar Surabaya tak bisa dihindari lagi. Meski puluhan pompa dioperasikan tak bakal mampu menyedot air ke laut, sebaliknya air laut bisa masuk kota.

Dari data yang dihimpun Kantor Adpel Tanjung Perak mengungkapkan, air laut pasang naik jatuh pada 11, 12 dan 13 Februari mencapai angka 26 cm dari titik nol permukaan air laut. Angka ini meningkat ketimbang, Rabu (6/2) kemarin yang masih 21 cm, tepatnya pukul 18.00-20.00 wib. Permukaan air laut terendah kemarin, 11 cm pada pukul 01.00, 02.00 dan 03.00 wib.

"Saat Purnama memang sudah biasa terjadi peningkatan air laut saat pasang. Itu sudah normal," tutur Bekti, staf Kesyahbandaran Tanjung Perak, kemarin.

Setelah mengalami penurunan, permukaan air laut kembali meningkat. Diperkirakan mulai 25 Februari 2002. Bahkan pada 27 Februari 2002, permukaan air laut mencapai angka 27 mm dari titik nol pada jam 23.00 wib.

"Pasang surut air laut itu fenomena alam yang biasa terjadi. Biasanya di pertengahan bulan dan akhir bulan," jelas Zainal Abidin, Kepala Kelompok Tenaga Teknis BMG Juanda.

Zainal tak bisa membayangkan ketika air laut pasang bersama hujan badai. Padahal, saat hujan disertai badai guntur kecepatan angin bisa mencapai 75 km/jam. Pada kecepatan angin itu, atap rumah bisa beterbangan. "Disebut badai jika kecepatannya di atas 90 km per jam," kata Zainal.

Sebelumnya, tim independen Dinas Pengendalian Banjir mengungkapkan badai thunder storm menerjang Surabaya dan menguat sekitar pukul 10.00 wib dan memuncak menjelang malam hingga pukul 00.00 wib. Ini bisa terjadi sewaktu-waktu hingga 13 Februari 2002.

Namun, peneliti penginderaan jarak jauh Fakultas Teknik Sipil ITS, Ir Agus Mulyo Widodo, belum mempercayai betul bakal terjadinya bencana ini. Katanya, belum tentu air laut pasang naik terjadi di perairan Surabaya pertengahan bulan ini. Banyak faktor yang sekarang membuat siklus pasang air laut berubah.

"Seharusnya siklus itu tetap, tapi saat ini banyak faktor yang membuat siklus itu tak bisa ditebak," ujarnya. Ia mencontohkan musim hujan sekarang tak bisa dipastikan kapan mulai dan berakhirnya. Ini disebabkan berubahnya faktor penentu, seperti berlubangnya lapisan ozon dan lain-lain.

Kenaikan air laut tergantung banyak hal, misalnya arus air dan arah angin. Kalau arah angin dan arus air mengarah ke Madura, tentunya ketinggian air di Surabaya lebih rendah dibanding Madura. "Air akan terbawa ke sana," ujarnya. (pri/sas)

Berita Terkait